Profil Desa Gentawangi
Ketahui informasi secara rinci Desa Gentawangi mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Gentawangi, Kec. Jatilawang, Banyumas. Sebuah desa yang menjadi benteng pelestarian seni budaya luhur Banyumasan, khususnya Wayang Kulit Gagrag Banyumasan dan Calung, di tengah denyut kehidupan agraris yang menopangnya.
-
Benteng Pelestarian Budaya
Desa Gentawangi dikenal sebagai "sanggar hidup" atau pusat pelestarian seni dan budaya asli Banyumasan, terutama Wayang Kulit Gagrag Banyumasan dan kesenian Calung yang terus dijaga oleh para senimannya.
-
Komunitas Seniman yang Aktif
Desa ini merupakan rumah bagi para seniman, dalang, dan kelompok-kelompok kesenian (paguyuban) yang tidak hanya aktif pentas tetapi juga berperan penting sebagai penjaga nilai dan perekat sosial masyarakat.
-
Sinergi Ekonomi Agraris dan Kreatif
Perekonomian desa ditopang oleh dua pilar yang harmonis: sektor pertanian sebagai fondasi ekonomi utama dan ekonomi kreatif berbasis budaya yang memberikan identitas unik serta pendapatan tambahan.

Desa Gentawangi, sebuah nama penuh makna di Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, bukan sekadar entitas administratif. Ia adalah sebuah panggung kebudayaan, sebuah "genta" (lonceng) yang gemanya terus berbunyi, mengingatkan akan kekayaan seni dan tradisi luhur Banyumasan. Di desa inilah, warisan budaya seperti Wayang Kulit dan Calung tidak disimpan di museum, melainkan hidup, bernapas dan menyatu dengan denyut nadi keseharian warganya, menjadikan namanya "wangi" atau termahsyur sebagai salah satu benteng pertahanan kebudayaan di Jawa Tengah.
Genta Wangi: Filosofi Nama dan Letak Geografis
Nama "Gentawangi" sarat dengan filosofi. "Genta" yaitu lonceng atau genta, simbol dari panggilan, penanda waktu, atau pengingat. Sementara "Wangi" berarti harum, semerbak, atau reputasi yang baik. Maka, Gentawangi dapat dimaknai sebagai "panggilan yang termahsyur" atau "reputasi yang harum", sebuah nama yang sangat selaras dengan perannya sebagai pusat kesenian yang disegani.
Secara geografis, Desa Gentawangi terletak di posisi yang memungkinkan interaksi budaya yang dinamis. Wilayahnya berbatasan langsung dengan:
- Sebelah Utara: Desa Karanglewas
- Sebelah Timur: Kecamatan Rawalo
- Sebelah Selatan: Kecamatan Rawalo
- Sebelah Barat: Desa Margasana
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banyumas, luas wilayah Desa Gentawangi yaitu sekitar 340,17 hektar. Sebagian besar lahannya dimanfaatkan untuk pertanian, yang menjadi fondasi ekonomi bagi masyarakatnya untuk dapat terus menghidupi dan melestarikan kesenian mereka.
Panggung Kehidupan: Wayang dan Calung sebagai Jiwa Desa
Jika desa lain memiliki komoditas unggulan berupa hasil bumi atau industri, maka "produk" unggulan Desa Gentawangi adalah seni pertunjukan dan warisan budayanya. Di sinilah denyut kebudayaan Banyumasan terasa sangat kental.
Gagrag Banyumasan: Wayang Kulit yang Merakyat Gentawangi dikenal sebagai salah satu basis bagi para dalang Wayang Kulit Gagrag (gaya) Banyumasan. Gaya ini memiliki kekhasan tersendiri, yaitu bahasanya yang lebih egaliter, penuh dengan dialek Ngapak yang jujur dan apa adanya (cablaka), serta sering kali disisipi humor-humor segar yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dalang di Gentawangi bukan hanya seorang seniman, tetapi juga seorang filsuf, pendidik, dan tokoh masyarakat yang dihormati. Pertunjukan wayang kulit bukan sekadar hiburan, melainkan sebuah media untuk menyampaikan pitutur luhur, kritik sosial, dan menjaga keseimbangan spiritual masyarakat.
Alunan Calung dan Kesenian Rakyat Lainnya Selain wayang, Desa Gentawangi juga menjadi rumah bagi kesenian Calung, sebuah ansambel musik bambu yang enerjik dan jenaka. Grup-grup Calung dari desa ini sering diundang untuk memeriahkan berbagai acara, mulai dari hajatan pernikahan hingga perayaan desa. Alunan musiknya yang khas dan lirik-liriknya yang humoris menjadi hiburan rakyat yang sangat digemari. Kesenian rakyat lain seperti Ebeg (kuda lumping) juga turut berkembang, melengkapi kekayaan artistik desa ini.
Sanggar dan Regenerasi Seniman Kelestarian seni di Gentawangi terjaga berkat adanya proses regenerasi yang berjalan baik. Keterampilan mendalang, menabuh gamelan (niyaga), atau memainkan calung diwariskan secara informal dari para senior kepada generasi muda. Beberapa rumah seniman bahkan berfungsi sebagai sanggar (studio) tidak resmi, tempat anak-anak dan remaja berkumpul untuk belajar dan berlatih, memastikan bahwa gema genta kebudayaan tidak akan pernah padam.
Sawah dan Ladang: Fondasi Ekonomi yang Menopang Seni
Di balik semaraknya panggung kesenian, terdapat fondasi ekonomi yang kokoh dari sektor pertanian. Masyarakat Gentawangi sadar bahwa perut yang terisi adalah syarat agar seni dapat diapresiasi. Oleh karena itu, mereka tetap tekun mengolah sawah dan ladang. Padi, palawija, dan hasil kebun lainnya menjadi penopang utama kebutuhan hidup sehari-hari. Sektor pertanian memberikan stabilitas dan kemandirian pangan, sehingga para seniman dapat lebih fokus dalam berkarya tanpa harus terbebani penuh oleh urusan perut. Hubungan ini bersifat simbiosis: pertanian menopang kehidupan, dan kesenian menopang jiwa dan identitas komunal.
Peran Pemerintah Desa sebagai Patron Budaya
Pemerintah Desa Gentawangi memegang peran unik sebagai administrator sekaligus patron kebudayaan. Menyadari potensi besar yang dimiliki desanya, pemerintah desa secara aktif mendukung dan memfasilitasi berbagai kegiatan seni budaya. Dukungan ini dapat berupa:
- Alokasi AnggaranMenggunakan sebagian Dana Desa untuk mendukung kegiatan paguyuban seni, menyelenggarakan festival budaya tingkat desa, atau merehabilitasi bangunan balai desa (pendopo) agar layak digunakan sebagai panggung pertunjukan.
- PromosiMembantu mempromosikan para seniman dan kelompok kesenian Desa Gentawangi melalui media digital atau dengan menghubungkan mereka ke dinas pariwisata dan kebudayaan.
- FasilitasiMenyediakan ruang dan waktu bagi para seniman untuk berekspresi dan berlatih.
Tantangan dan Peluang Ekonomi Kreatif Berbasis Tradisi
Sebagai benteng budaya, Desa Gentawangi tidak luput dari tantangan zaman. Gempuran hiburan modern melalui gawai menjadi pesaing utama bagi kesenian tradisional dalam merebut perhatian generasi muda. Selain itu, memastikan bahwa menjadi seniman adalah profesi yang layak secara ekonomi juga merupakan tantangan tersendiri.
Namun peluang besar terbentang di hadapan mereka. Konsep ekonomi kreatif berbasis budaya sangat relevan untuk dikembangkan. Beberapa peluang tersebut antara lain:
- Paket Wisata BudayaMengembangkan paket wisata edukasi di mana pengunjung dapat belajar singkat menjadi dalang, menabuh gamelan, atau membuat wayang.
- Digitalisasi PertunjukanMerekam dan menyiarkan pertunjukan secara daring untuk menjangkau audiens yang lebih luas, bahkan hingga ke mancanegara.
- KolaborasiMenjalin kerja sama dengan institusi pendidikan, peneliti budaya, dan pelaku industri kreatif untuk mengangkat kesenian Gentawangi ke level yang lebih tinggi.
Desa Gentawangi adalah permata budaya di Kecamatan Jatilawang. Ia adalah bukti bahwa kemajuan tidak harus menggerus tradisi. Gema "Genta" dari desa ini merupakan panggilan bagi semua pihak untuk terus menghargai dan merawat akar budaya, sementara "Wangi" namanya merupakan buah dari dedikasi dan kesetiaan masyarakatnya dalam menjaga warisan luhur Banyumasan. Di tengah arus globalisasi, Desa Gentawangi berdiri tegak, memainkan perannya sebagai penjaga jiwa dan identitas sebuah bangsa.